[Song Of My Life] Ah Choo


poster-ah-choo

Song Of My Life – Ah Choo

Author : Fantastic818

Cast :

Oh Sehun

Han Seul Rin

Genre : Romance, School Life

Rating : Teen

Lenght : Series

Summary :

Hidup seperti musik. Memiliki awal, klimaks, dan akhir. Begitu juga keseharian yang tak selalu menyenangkan. Apakah kamu bersiap mendengar cerita mainstream ini ?

 

Han Seul Rin pov.

“Hatchii !!”

Uh, menyebalkan. Jika semalam Nara tidak memaksa untuk tinggal di rumahnya mungkin ini takkan terjadi. Gadis itu dengan kekeuhnya mengatakan bahwa Oppanya tak akan masalah jika aku tinggal. Namun nyatanya, namja itu memasang wajah mematikan begitu melihatku. Seolah – olah aku adalah makhluk menjijikkan di muka bumi.

Mengapa demikian ?

Aku tak tau, jujur saja. Padahal awal – awal mengenal dia –dengan diperkenalkan Nara tentunya-, dia adalah orang yang baik. Murah senyum pula. Sayangnya dia suka Crossdress dan itu membuatku tak menyukainya.

Tidak, aku tidak membencinya. Aku hanya iri kenapa Shin Wooshin tampak lebih cantik dariku ketika ia mengubah penampilannya. Sebagai yeoja tulen, tentu saja aku tersaingi.

Karena pengusiran tidak langsung oleh Wooshin, dengan senang hati aku pergi dari rumah mereka pukul 11 malam, untung saja hujan tidak sederas saat Shin Wooshin pulang. Tapi tetap saja, tubuhku rentan sakit. Terkena air hujan sedikit saja sudah langsung sakit. Dan itulah yang terjadi pagi ini.

“Rin, kau sedang menyetrika baju kah ?”

Hah ? Jelas – jelas aku sedang di dapur. Memangnya Mama melihatku memegang setrika apa ?

“Tidak ma, aku sedang masak,” balasku dengan teriakan yang cukup keras. Sepertinya dia berada di ruang tengah dan tentu saja tidak melihatku. “kena- Astagaa !!”

Mampus, kejadian seminggu lalu terjadi lagi. Dan sepertinya aku tidak akan melihat tempat kesayanganku ini. Oh tidak, bagaimana mengambil pancinya jika airnya keluar seperti itu ?

Kuambil serbet namun panasnya sudah terasa dalam jarak setengah meter. Ya Tuhan, aku sudah mencari tutorial untuk memasak air dengan benar dan sudah kututup. Bagaimana ini ?

“Kompornya dimatikan dulu Rin,” ujar Mama gelagapan begitu melihatku memegang serbet. Iya, memegang serbet.

Dengan berani aku mendekati kompor. Memutar sesuatu yang berguna untuk mengecilkan kompor. Namun sialnya air mendidih itu terkena punggung tanganku.

Membuat minuman hangat. Failed.

***

“Jadi, kecepatan sesaat harus didiferensialkan terlebih dahulu baru di masukkan t-nya. Paham semuanya ?”

“Paham, Ssaem”

Aku masih melongo melihat ucapan Jang Ssaem. Kenapa saat ia menjelaskan semua itu rasanya mudah namun ketika mengerjakan soal terasa susah. Padahal soal fisika begitu – begitu saja.

“Baiklah, buka halaman 14. Kerjakan no. 2, 5, 7, 10, dan 11. Nanti kalian Ssaem panggil untuk mengerjakan di depan.”

Dan sialnya aku tidak bisa menulis. Efek kecipratan air mendidih tadi pagi berefek sangat buruk. Tidak bisa menulis, tidak bisa sikat gigi, tidak bisa makan dan lainnya. Oh tangan kananku tersayang.

“Han Seul Rin, kerjakan no. 5.”

Umpatanku terhenti. Tunggu. Kerjakan ? Di depan ?

“Saya Ssaem ? Di depan ?”

Ssaem hanya mengangguk dengan senyumannya yang tak dapat diprediksi. Guru muda itu mendekatiku sambil menyodorkan kapur. Entah karena ia memang cepat atau karena melamun ia sudah di depanku. “Ssaem, aku tidak paham.”

“Saya tidak mau tau. Di dalam hidup saya, diam berarti paham ! Kerjakan !”

Aishhh, dasar iblis jahat ! Fisika itu susah, aku bahkan tidak paham sama sekali apa yang dikatakannya. Apa tadi ? Disialkan ? Iya, fisika memang membuat hidupku sial.

‘Pletakkk’

“Kerjakan atau keluar dari kelas saya !”

Hampir saja aku menonjok wajahnya jika tidak ingat kalau dia guruku. Setidaknya jika akhir semester, aku selalu dapat nilai B di fisika. Baik kan ? Ganteng pula.

“Saya belajar diluar saja, Ssaem. Permisi.”

Sebelum ia mengejarku, aku segera berlari keluar. Tau pepatah yang berbunyi, “Jangan bangunkan pangeran yang sedang tidur” ?. Ya, seperti itulah dia. Namun sekali pangeran, ya tetap pangeran. Kalau marah, jadi pangeran kodok.

****

Setelah menawarkan diri untuk keluar, Seul Rin lebih memilih untuk pergi ke uks. Tangannya terasa melepuh, bahkan sudah membengkak namun di dalamnya terasa panas. Saat disentuh maka panasnya masih terasa.

“Permisi,”

Seul Rin membuka pintu lalu masuk ke dalam dengan perlahan. Melihat uks yang masih sepi. Biasanya Junee Sunbae, gadis yang memang di pekerjakan sekolah untuk mengurus uks selalu sedia di tempat. Jika dia tidak ada maka dia akan meminta seseorang bertanggung jawab, namun saat ini tidak ada siapapun.

Daripada berlama – lama sambil melamun, Seul Rin memutuskan berjalan ke lemari obat – obatan lalu mencari kotak yang bertuliskan salep. Setelah menemukannya ia segera membukanya dan mengambil satu salep dan membaca kegunaannya.

‘Meredakan gatal gatal akibat serangga’

Seul Rin mengembalikan salep itu dan mengambil salep lain.

‘Meredakan kulit gatal akibat alergi’

‘Mempercepat pengeringan luka’

“Sedang apa ?”

Seul Rin meletakkan salepnya ke dalam kotak lalu menoleh ke belakang. Matanya terbelalak dan hampir saja kotak salepnya terjatuh jika ia tidak bisa menjaga getaran pada tangannya. Pipinya memerah dan memanas, jantungnya berdetak begitu kencang. Bahkan ia melupakan rasa sakit di punggung tangannya.

“Eumm, maaf. Kau sakit apa ?”

Rasanya Seul Rin ingin menghentikan waktu saat itu juga. Sehun, orang yang memanggilnya tadi berjalan semakin dekat. Tubuh Seul Rin membeku sehingga ia tidak bisa menjawab dan melakukan apapun. Matanya berkedip kedip, menyakinkan diri bahwa ia tidak berhalusinasi atau apapun.

“Oh Sehun ?”

Ingatkan Seul Rin untuk membuang urat malunya nanti. Dengan tidak sopannya ia memanggil Sehun  yang merupakan kakak kelasnya tanpa embel – embel ‘sunbae’. Walaupun ia tahu Sehun tidak gila hormat tapi tetap saja, itu adalah pertemuan pertama mereka secara langsung. Jika anak muda bilang, pencitraan.

“Iya ? Kau sakit apa ? Sudah menemukan obatnya ?” tanya Sehun dengan nada dinginnya. Matanya tajam seperti biasa namun Seul Rin tetap suka.

“Ah, tanganku kecipratan air panas tadi pagi.” Seul Rin menunjukkan punggung tangannya, awalnya ia sedikit ragu tapi ia berpikir kalau bukan sekarang kapan lagi ? . “Tapi sekarang jadi membengkak.”

Sehun memegang tangan Seul Rin, dan membuat si empunya tangan semakin panas. Mulutnya berkomat kamit membaca mantra agar Sehun tak menyadari perubahan suhu tubuhnya. Batinnya berteriak saat Sehun mengelus punggung tangannya.

“Tidak parah, mungkin nanti akan dingin sendiri. Aku tidak berani memberi odol atau es batu. Karena bisa membuat kulitmu yang panas berkontraksi karena diberi sesuatu yang dingin. Jadi biarkan saja dulu.”

Seul Rin terdiam, masih mencerna apa yang dikatakan Sehun. Berkontraksi ?

“Ah, iya. Aku biarkan saja. Kalau begitu, terima-Choo !!”

Seul Rin menatap Sehun dengan pandangan takut, diliriknya Sehun yang masih terdiam. Ia menunduk malu. Bisa – bisanya bersin dengan tidak elitnya di depan orang yang disukainya. Hilanglah harga diri.

“Kau flu ? Mau obat atau teh hangat ?” tanya Sehun dengan wajah datarnya.

Seul Rin menggeleng. “Tidak perlu, ini hanya kebetu-Chooo !!”

Dahi Sehun berkerut, seperti ragu dengan jawaban Seul Rin namun ia tidak mengatakan apapun. Kemudian ia pergi. Membuat Seul Rin merutuki dirinya sendiri. Pasti Sehun malas berdekatan dengan orang tidak tau malu sepertinya, pikirnya.

Seul Rin memutuskan untuk berbaring di ranjang uks. Mumpung ada kesempatan dan tidak ada orang. Baru saja ia memejamkan mata, suara langkah kaki membuat dirinya tertarik untuk melihat siapa itu.

“Ini tehnya, aku tidak yakin kalau kau baik – baik saja.”

Seul Rin segera duduk dari tidurnya, membuat kepalanya sedikit pusing. Ia menatap Sehun, tak percaya dengan apa yang terjadi. Oh Sehun membuatkannya teh ?

Dengan senang hati Seul Rin menerima teh itu kemudian perlahan menyeruputnya. Rasanya hangat seperti perasaannya, hangat seperti yang membuatnya. Inikah rasa teh yang dibuat dengan penuh cinta ? Seketika pipinya kembali merona.

Seul Rin menghela nafas kemudian tersenyum manis. “Terima kasih, Sunbae.”

Sehun mengendikkan bahunya, kemudian melihat arlojinya. “Aku pergi dulu, Junee sebentar lagi akan kembali.”

Seul Rin mengangguk kemudian meminum tehnya lagi. “Terima kasih tehnya, maaf merepotkan,” ujarnya.

“Ah iya, nanti katakan ke Junee kalau tehnya dibayar pakai uang kas uks. Uangku tertinggal dalam kelas.”

Dibayar ?

“Maksud Sunbae ?” tanya Seul Rin. Mustahil teh ini dibeli di kantin ? Bukan dibuat oleh Oh Sehun ?

“Rencananya aku ingin membelikanmu teh di kantin. Namun ada Eunwoo yang berjalan di koridor sambil membawa teh hangat, mengingat jarak kantin dan uks cukup jauh, jadinya ku’beli’ tehnya dan belum kubayar.”

***

‘Ada begitu banyak hal yang ingin ku lakukan untukmu

Perasaanku, cinta ini untukmu’

Lovelyz – Ah Choo

 

 

Ahayy,, ceritanya rancu xD.. Makasih udah bersedia membaca ^^. Mohon RCL dan krisarnya :*.. Maaf telat update, tetep tunggu FFnya fantastic ya ^^

Btw, ada yang mau usul songfic ? Minta lagunya buat inspirasi di cerita selanjutnya ^^

Tinggalkan komentar